Komisariat Ma'arif Kalirejo

Blognya PMII Kalirejo

Saturday, November 11, 2017

PMII Lampung Harus Melek Informasi dan teknologi

7:00 PM 0
Mari berbenah
Oleh: Cholid Bachri

Geliat politik dari lokal sampai nasional sekarang ini sedang hangat. Seperti yang telah kita ketahui bahwa rakyat Indonesia akan menghadapi pesta demokrasi yang akan dilaksanakan secara serentak. Hal ini cukup unik, karena event ini belum pernah terjadi di masa-masa sebelumnya. Jika kita menelaah keadaan, ada satu hal yang sangat menarik untuk kita perbincangkan, dimana sekarang NU tidak lagi menjadi penonton di tengah-tengah hiruk pikuk pesta demokrasi, tapi ikut bermain di lapangan.
Jika kita berbicara politik skala nasional, kita selaku generasi intelektual muda NU patut bersyukur karena secara politik, NU sedang harmonis dengan kaum nasionalis di bawah kepemimpinan Jokowi. Maka tidak heran kalau NU pun mendapat tempat-tempat yang strategis di berbagai lini pemerintahan karena adanya kesamaan ide dalam membangun negara. Karena masa-masa sekarang ini sedang berada di posisi strategis, maka ini adalah moment yang sangat tepat dan pas (golden time) untuk kita gunakan semaksimal mungkin memperkuat barisan. Selain itu, kita juga musti mempertahan posisi strategis yang kita duduki sekarang ini. Namun, ada satu hal yang harus kita ketahui bahwasannya kader NU di tingkat lokal banyak yang tidak mampu untuk memaksimalkan moment tersebut sehingga banyak posisi strategis yang seharusnya diisi oleh orang-orang kita, diambil oleh orang lain. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan orang-orang kita untuk mengisi posisi tersebut. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa kita lemah di bidang teknologi. Mungkin ini wajar karena karakter orang NU lebih memprioritaskan bidang agama dan tidak memfokuskan pada IT (Information and Technology). Tapi bukan hal yang tidak mungkin bahwa kelemahan kita akan menjadi bumerang bagi kita sendiri jika kita tidak berbenah. Mengahawatirkan bukan?
Melihat betapa pentingnya IT dalam rangka memperkuat barisan Ahlussunah Wal Jamaah yang bertarung di lini pemerintahan, saya menjadi sadar bahwa untuk menjaga eskistensi Ahlussunah Wal Jamaah, ngomong (teoritis) dan mikir saja tidak cukup. Keahlian dalam bidang teknologi juga sangat penting. Menurut kabar yang yang masuk ke telinga penulis, seharusnya PANWASCAM dan PPK menjadi ladang garapan kader-kader NU di tingkat kecamatan. Ironis sekali jika kader NU di tingkat kecamatan maupun desa banyak yang tidak melek IT sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Untuk itu, yang harus kita lakukan sekarang ini adalah pembenahan dari akar rumput organisasi demi menjaga eksistensi organisasi di masa yang akan datang.
Melihat realita di atas, sebagai generasi intelektual muda Ahlussunnah Wal Jama’ah, secara tidak langsung PMII seharusnya menjadi yang terdepan dan bertanggung jawab dalam menjawab kegelisahan di atas. Akan tetapi, realita yang ada menurut penulis belum cukup untuk menjadi solusi dari kegelisahan-kegelisahan tersebut. Hal ini dikarenakan, penulis banyak menemukan kader-kader yang ada di komisariat maupun cabang yang belum melek IT. Padahal, banyak anggapan masyarakat yang mengatakan bahwa seorang mahasiswa itu “pinter nyekel komputer”. Akan sangat tidak lucu jika mahasiswa yang notabenenya seorang kader PMII tidak mengerti atau tidak mampu mengoperasikan komputer. Lalu, bagaimana bisa PMII menjadi solusi di masa depan jika masih seperti ini? Memang benar jika kita adalah mahasiswa yang berasal dari kampung, tapi hal ini tidak seharusnya kader PMII tidak paham IT. Dan sekali lagi yang bisa saya katakan adalah “kita harus berbenah”.
Mungkin apa yang dilakukan oleh pengurus cabang sekarang ini sudah tepat bahwasannya Cabang Lampung tengah lebih memfokuskan diri pada jurnalistik. Akan tetapi bagaimana bisa anak-anak komisariat bisa menulis jika tidak lihai dalam mengoperasikan komputer? Untuk itu, hal yang paling tepat untuk kita lakukan selaku pengurus cabang adalah memberantas buta IT terlebih dahulu. Padahal pengurus cabang juga ada memiliki dalam bidang tersebut. Tinggal bagaimana eksekusinya.
Pepatah mengatakan; Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dulu, bersenang-senang kemudian. Artinya: apabila ingin mendapatkan kesenangan atau keberhasilan di kemudian hari haruslah berani bersusah payah terlebih dahulu.
Pepatah di atas seakan-akan mengingatkan kepada kita selaku generasi intelektual muda Ahlussunnah Wal Jama’ah, untuk mencapai keberhasilan di masa depan, maka kita harus bersusah payah terlebih dahulu. Insyallah jika mulai detik ini kader-kader PMII mau berproses secara maksimal (belajar apapun yang ada di PMII), kader mampu menjawab kegelisahan-kegelisahan yang sedang terjadi sekarang ini dan pada akhirnya mampu menjaga serta mengawal ideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah di masa yang akan datang.


Wednesday, November 8, 2017

Mars PMII

8:26 PM 0




Inilah kami wahai Indonesia
Satu barisan dan satu cita
Pembela bangsa, penegak agama
Tangan terkepal dan maju kemuka
Habislah sudah masa yang suram
Selesai sudah derita yang lama
Bangsa yang jaya Islam yang benar
Bangun tersentak dari bumiku subur
*Reff :
Denganmu PMII
Pergerakanku..
Ilmu dan bakti kuberikan
Adil dan makmur kuperjuangkan
Untukmu satu tanah airku
Untukmu satu keyakinanku
Inilah kami wahai Indonesia
Satu angkatan dan satu jiwa
Putera bangsa bebas merdeka
Tangan terkepal dan maju kemuka

Tugas Wajib Seorang Pemimpin

5:49 PM 0

(kajian psikologi sosial)
Oleh : Cholid Bachri


Manusia yang merupakan makhluk sosial sifatnya selalu membutuhkan orang lain. Ia selalu berusaha untuk berinteraksi dengan manusia lainnya dan membentuk kelompok sosial. Manusia hidup berkelompok untuk mempermudah tercapainya tujuan individu maupun tujuan kelompoknya. Untuk mencapai tujuannya, maka dibutuhkan sosok pemimpin yang membantu, menyelesaikan masalah serta mengintegrasikan kelompoknya agar secara kolektif memperoleh hasil yang diinginkan. Dalam pengertiannya, pemimpin adalah orang yang mampu mengakomodir staf atau anggotanya untuk melakukan tugas tertentu dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Secara umum, setiap manusia merupakan seorang pemimpin. Sebagaimana yang disabdakan oleh nabi Muhammad SAW:
ÙƒُÙ„ُّÙƒُÙ…ْ رَاعٍ ÙˆَÙƒُÙ„ُّÙƒُÙ…ْ Ù…َسْئُولٌ عَÙ†ْ رَعِÙŠَّتِÙ‡ِ
Artinya: Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.
Berangkat dari hadits ini, dapat kita ketahui bahwasannya setiap manusia merupakan pemimpin. Selain itu, manusia yang dilahirkan di dunia ini juga mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Karenanya, sangat penting bagi kita untuk mempelajari bagaimana cara mejadi pemimpin yang ideal.
Sebagai mahasiswa, kita merupakan simbol dari kehidupan pemuda, dengan corak kebudayaan yang otonom dengan sendirinya akan membedakan dirinya dengan masyarakat lainnya. Mahasiswa adalah kelompok lapisan masyarakat yang dalam jajaran stratifikasi sosial memiliki kelas khusus. Betapa tidak, ketika orang menyinggung sebuah pergerakan transformasi sosial, maka mahsiswa akan menjadi kelompok terdepan yang ada di dalamnya. Perjalanan transformasi sosial tersebut, akan terasa sulit dicapai jika individu mahasiswa tidak memiliki pengetahuan tentang kepemimpinan terlebih tugas-tugasnya. Hal ini dikarenakan terlaksana atau tidakanya tugas seorang pemimpin menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya tujuan bersama yang ingin dicapai. Untuk itu, seorang mahasiswa khususnya kita sebagai warga PMII sangat penting untuk mengetahui tugas-tugas seorang pemimpin. Hal ini dikarenakan kader PMII merupakan insan yang dipersiapkan untuk memimpin masyarakat agar masyarakat kita menjadi lebih baik.

Menurut Dr. Gerungan, dalam bukunya yang berjudul Psichology Sosial menjelaskan bahwa tugas seorang pemimpin terbagi tiga bagian. Diantaranya adalah:
1.               Structuring the situation (memberi struktur yang jelas)
Kepemimpinan dalam kelompok sosial biasanya menunjuk seseorang yang dipandang terbaik di antara anggotanya. Untuk mengorganisir kelompok sosial dibutuhkan struktur yang jelas di kelompoknya. Ini ditujukan agar kelompoknya dapat menempatkan posisi dan tugasnya masing-masing.
Setelah struktur terbentuk, masing-masing individu bekerja sesuai tugas yang ada di kelompoknya. Jika seluruh element berjalan sesuai dengan tugasnya, maka tujuan dari kelompok tersebut bisa dicapai dengan mudah. Begitu pula sebaliknya, jika ada salah satu bagian dari struktur yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka tujuan dari kelompok tersebut akan mengalami kendala.

2.             Controling group behavior (mengawasi tingkah laku kelompok)
Kelompok yang mempunyai struktur dan bekerja sesuai dengan tugasnya membutuhkan controling. Dalam hal ini, tentu pemimpin adalah orang mempunyai tugas untuk melakukan controling. Controling ini berfungsi untuk melihat secara langsung tindak lanjut kelompoknya. Selain itu, melalui controling seorang pemimpin dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan kinerja masing-masing kelompoknya. Untuk itu seorang pemimpin harus intens untuk melakukannya.

3.             Speaking for the group (pembicara untuk kelompoknya)
Perkataan seorang pemimpin sangat mempengaruhi bawahannya. Kelompok atau organisasi yang memiliki sosok pemimpin yang mampu menjadi pembicara yang baik akan memudahkan kepentingan kelompok maupun organisasi yang dipimpinnya. Contoh, dalam menyelesaikan perpecahan internal kelompok. Setiap kubu yang bertikai biasanya saling mengklaim paling benar. Untuk menyelesaikannya, pemimpin menjadi orang yang harus menasehati dan memberi solusi yang tepat bagi magi masing-masing kubu. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus menjadi pembicara yang baik atau negosiator ulung bagi kelompoknya.

Dari tiga tugas seorang pemimpin di atas sangatlah jelas bahwa pemimpin ideal adalah pemimpin yang mampu menjalankan tersebut. Akan tetapi jika kita kembalikan kepada sifat asli manusia yang merupakan tempatnya salah dan lupa, akan sangat sulit memiliki pemimpin yang mampu menjalankan tugas tersebut secara sempurna. Namun setidaknya seorang pemimpin mengetahui apa saja yang menjadi tugasnya sehingga roda organisasi yang dipimpinnya berjalan sebagaimana mestinya.



Sekali bendera PMII dikibarkan, hentikan ratapan dan tangisan.

Salam pergerakan!

Alasan Mendasar Indonesia Menjadi Negara Republik

4:37 PM 0

Oleh : Cholid Bachri


Salah satu tujuan didirikannya sebuah negara adalah melindungi hak-hak individu rakyatnya dari gangguan bangsa lain. Setiap negara yang didirikan memiliki bentuk pemerintahan yang berbeda-beda. Diantaranya ada yang berbentuk monarki, republik, negara persemakmuran dan lain sebagainya. Dipilihnya suatu bentuk pemerintahan oleh penduduk suatu negara tidak sembarangan, akan tetapi ada alasan kongkrit yang menjadi penyebabnya. Faktor budaya, letak geografis, bahasa dan sejarah menjadi alasan penduduk di suatu negara mendirikan negara dengan bentuk pemerintahan tertentu.
Negara kita Indonesia adalah negara yang berdaulat yang memiliki bentuk pemerintahan republik. Di buku-buku sejarah nasional dijelaskan bahwa pada awalnya bangsa kita adalah bangsa yang dijajah oleh bangsa Eropa. Setelah melalui perjalanan panjang akhirnya bangsa kita mendapat kemerdekaan dan terbebas dari penindasan bangsa asing. Artinya seluruh element masyarakat Indonesia secara mutlak bebas menentukan masa depannya sendiri dalam bernegara. Pasaca kemerdekaan pun negara kita tidak serta merta menjadi negara republik seperti sekarang ini. Sempat menjadi negara serikat seperti yang terjadi pada era orde baru tahun..... ini menunjukkan bahwa Indonesia pada waktu itu masih mencari sistem dan bentuk negara yang sesuai dengan karakter bangsanya.
Melihat fakta di atas, alangkah baiknya kita berfikir kenapa negara kita menjadi negara yang seperti sekarang ini. Dalam hal ini penulis ingin mengajak pembaca untuk memahami pemikiran ideal salah satu tokoh sosiolog dunia yaitu Ibnu Khaldun tentang negara. Menurut Ibnu Khaldun, bentuk atau sistem negara terbagi menjadi tiga (3),[1] di antaranya adalah:
                             1          Negara monarki
Negara monarki (kerajaan) adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh satu keluarga atau klan. Bisanya pergantian penguasa (raja/kaisar) di negara seperti ini dilakukan secara turun temurun. Di zaman modern ini pada umumnya negara-negara monarki dalam menjalankan roda pemerintahan, raja menyerahkan otoritasnya untuk mengatur negara kepada seorang perdana menteri yang dipilih oleh rakyat seperti di negara Inggris, Jepang, Malaysia dan lain sebagainya. Jenis monarki ini biasa disebut monarki konstitusional. Namun selain monarki konstitusional, ada negara yang diperintah secara langsung oleh raja, dalam hal ini biasa disebut dengan monarki mutlak. Sistem monarki mutlak merupakan bentuk monarki yang berprinsip seorang raja mempunyai kuasa penuh untuk memerintah negaranya seperti Arab Sudi, Brunai Darussalam, Qatar, Oman dan lain sebagainya[2].


                             2          Negara kesatuan (republik)
Bentuk negara kesatuan atau negara kedaulatan adalah negara yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal, di mana pemerintah pusat adalah yang tertinggi dan satuan-satuan subnasionalnya hanya menjalankan kekuasaan-kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat untuk didelegasikan. Menurut ibnu Khaldun, jenis negara ini satu sisi dipuji, namun dicela di sisi lain.
                             3          Negara agama
Negara dengan sistem pemerintahan seperti ini mengajak rakyatnya untuk berfikir sesuai dengan jalan agama. Dengan demikian pemerintahan model ketiga ini adalah perwakilan dari Tuhan sebagai pemilik syariat dalam menjaga agama dan mengatur dunia dengan ajarannya. Inilah yang disebut kekhalifahan atau keimamahan; ataupun seperti yang jelas difahami dari definisinya sebagai pemerintahan yang Islami.
Melihat pengertian dari sistem pemerintahan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa negara dengan sistem pemerintahan seperti ini sangat cocok untuk negara yang rakyatnya memeluk satu agama. Hal ini dikarenakan jika rakyatnya memeluk 2 agama, lebih memungkinkan untuk terjadi perpecahan. Bisa jadi perpecahan itu dipicu karena perebutan otoritas, pengaruh aliran agama atau bahkan ideologi.

Seperti yang kita ketahui, penduduk negara kita terdiri dari bermacam-macam etnis, suku dan agama. Dalam sejarah nasional tertulis bahwa pendiri negara kita bukan satu golongan saja, akan tetapi beliau-beliau berangkat dari latar belakang yang tidak sama. Secara umum, negara yang memiliki perbedaan dari berbgai aspek cenderung rawan konflik atau perpecahan. Untuk mengantisipasi perpecahan di suatu negara, maka sistem pemerintahan yang dijalankan harus sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakatnya. Melihat fakta dan realita tersebut maka tidak salah para pendiri negara kita memilih sistem negara Kesatuan (NKRI) dengan tujuan untuk menyatukan berbagai bangsa yang ada di nusantara serta melindungi rakyatnya dari gangguan bangsa lain.

Sekali bendera PMII dikibarkan, hentikan ratapan dan tangisan.
Salam pergerakan!


Kejujuran, keadilan dan kebenaran.




[1] Firdaus Syam, M.A. Pemikiran Politik Barat Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm 82.
[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Monarki-mutlak

Thursday, November 10, 2016

Merefleksikan Semangat Juang Para Pahlawan 10 November

7:23 AM 1

 Oleh: Cholid Bachri

Pejuang

Tanggal 10 November 71 tahun lalu bangsa kita mengalami peristiwa yang sangat luar biasa yaitu  pertempuran pertama atas nama bangsa Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan. Kedatangan kembali bangsa penjajah di pulau jawa terutama di kota Surabaya yang berniat menduduki bumi Indonesia ditentang oleh rakyat dari berbagai kalangan. Perlawanan rakyat di bawah komando Bung Tomo serta didukung oleh berbagai element baik dari rakyat sipil, pemuda, pemuka agama, santri dan lain-lain terhadap penjajah tidaklah mudah. Lebih dari 6.000 rakyat Indonesia menjadi korban akibat serangan membabi buta pihak penjajah. Tapi bangsa kita bukan bangsa kelas ikan Teri yang mudah menyerah. Hari demi hari para pejuang bertempur tanpa kenal lelah untuk merebut kembali kota Surabaya yang diduduki oleh pasukan sekutu yang di tunggangi Belanda. Dan akhirnya pada akhirnya para pejuang berhasil merebut kembali kota Surabaya.
Bung Karno pernah mengatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya. Beliau seakan-akan mengajarkan generasi muda untuk selalu menghargai perjuangan para pahlawan. Kata-kata beliau memang terlihat sepele, tapi arti yang terkandung di dalamnya sangat luas dan dalam. Generasi bangsa yang tidak mengindahkan kata-kata beliau (tidak menghargai jasa-jasa pahlawannya) akan menjadi bangsa yang kehilangan jati dirinya karena tak ada tokoh yang menjadi panutan dalam hal membela negara dan bangsa.
Era perjuangan telah berlalu dan zaman telah berubah. Dahulu pemuda bangsa kita sangat mencintai negaranya, bentuknya adalah perlawanan-perlawanan terhadap penjajah walaupun dengan sebatang bambu runcing. Survey membuktikan, cinta tanah air dari pemuda bangsa kita membuahkan hasil yang manis berupa kemerdekaan. Sekarang di era reformasi ini bangsa kita terlihat terlena dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh negara kita dari berbagai aspek pasca kemerdekaan. Sudah bukan rahasia umum lagi, rusaknya generasi muda bangsa kita ditandai dengan berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat seperti penggunaan narkoba, korupsi pejabat negara, seks bebas, tawuran antar pelajar, kasus pemerkosaan beramai-ramai oleh pelajar dan lain-lain.
Dilihat dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa kita, dapat kita ambil kesimpulan bahwa generasi muda sudah mulai kehilangan semangat mengisi kemerdekaan yang semakin hari semakin digilas zaman karena lemahnya semangat cinta tanah air dan bangsa. Hal yang perlu kita garis bawahi adalah banyaknya kasus pembunuhan, terorisme dan korupsi. Analoginya, bagaimana bisa mencintai bangsanya jika bangsa kita tega membunuh dan mencuri uang bangsanya sendiri (korupsi). Untuk menghadapi berbagai permasalahan yang sedang dihadapi bangsa kita seharusnya pemerintah lebih serius memperbaiki moral dan akhlak bangsanya melalui pendidikan. Melalui pendidikan, kita tidak hanya belajar ilmu pengetahuan tapi penanaman moral, rasa cinta tanah air dan bangsa dapat dilakukan. Selain itu, media masa dan elektronik juga harus diperhatikan oleh pemerintah. Ini sangat penting karena media masa dan elektronik ikut andil dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat seperti tayangan-tayangan negatif maupun berita yang bisa memprovokasi masyarakat. Oleh karena itu sudah semestinya pemerintah memperhatikan dan menindak segala hal yang datang dari media yang berdampak negatif bagi generasi bangsa.

Sebagai bangsa yang merdeka, sudah saatnya kita mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang positif. Para pahlawan kita dulu memperjuangkan kemerdekaan negara kita dengan mengangkat senjata karena adanya musuh dari luar (penjajah). Kini penjajah sudah pergi dari bumi pertiwi dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan sudah tidak lagi hanya menggunakan senjata. Tapi melakukan kegiatan-kegiatan yang berdampak positif bagi masyarakat pun dapat kita artikan sebagai sarana mengisi dan mempertahankan kemerdekaan. Mengartikan kata merdeka berarti  bangsa kita bebas untuk membangun dan mengelola kekayaan negara tanpa campur tangan bangsa lain. Negara membutuhkan generasi bangsa yang cakap serta mampu berperan aktif  dalam menyumbangkan tenaga dan fikirannya demi kemajuan bangsa. Kemajuan negara yang akan dicapai tidaklah muncul dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan proses dan kerja keras dari seluruh lapisan masyarakat yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Tanpa itu negara akan kesulitan memencapai kemajuan dari berbagai aspek seesuai dengan apa yang telah dicita-citakan oleh para pahlawan. 

Friday, October 28, 2016

Insan Ulul Albab Menurut Pakar Pendidikan

5:47 AM 0


Sebagai kader PMII, sering kali kita mendengar dan membaca kata Ulul Albab baik di forum organisasi PMII maupun di dalam Al-qur’an. Istilah Kader Ulul Albab di dalam organisasi PMII merupakan manifestasi dari tujuan organisasi PMII itu sendiri yaitu: “Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepda Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”
            Menurut A.M. Saefudin[1], Ulul Albab adalah pemikir, intelektual yang memiliki ketajaman analisis terhadap gejala dan proses alamiah induktif dan deduktif, serta intelektual yang membangun kepribadiannya dengan dzikir dalam keadaan dan situasi apapun sehingga mampu memanfaatkan gejala, proses dan sarana alamiah ini untuk kemaslahatan dan kebahagiaan seluruh umat manuusia. Ulul albab adalah intelektual muslim yang tangguh, yang tidak hanya memiliki ketajaman analisis obyektif, tapi juga subyektif.
            Maka istilah Ulul Albab yang dikemukakan oleh A.M. Saefudin tersebut terutama difahami dalam QS. Ali Imran: 190 – 191. Jalaluddin Rahmat (1986) mengemukakan 5 (lima) tanda Ulul Albab menurut Al-Qur’an yaitu: (1) bersungguh-sungguh mencari ilmu, termasuk di dalamnya kesenangannya mensyukuri nikmat Allah di langit dan di bumi (QS. Ali Imran: 7, 190); (2) mampu memisahkan yang buruk dengan yang baik, kemudian ia memilih yang baik walaupun ia harus sendirian mempertahankan kebaikan itu dan walaupun keburukan itu dipertahankan oleh sekian banyak orang (QS. Al-Maidah: 100); (3) kritis dalam mendengarkan pembicaraan, pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, preposisi atau dalil yang dikemukakan oleh orang lain (QS. Az-zumar: 18); (4) bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk memperbaiki masyarakat, bersedia memberi peringatan kepada masyarakat, diancamnya masyarakat, diperingatkannya mereka jika terjadi ketimpangan, dan diprotesnya jika terjadi ketidakadilan, ia tidak duduk berpangku tangan di laboratorium, ia tidak senang hanya terbenam dalam buku-buku di perpustakaan, ia tampil di masyarakat, terpanggil hatinya memperbaiki ketidakberesan di tengah-tengah masyarakat (QS. Ibrahim: 52, Ar-ra’d: 91-22); dan (5) tidak takut kepada siapapun kecuali Allah SWT (QS. Al-Baqarah: 197; At-Thalaq: 10).
            Istilah Ulul Albab memang bahasa Al-Qur’an, sehingga untuk memahaminya dibutuhkan kajian tentang nash-nash yang berbicara tentang Ulul Albab. Agar diperoleh  pemahaman yang utuh mengenai istilah tersebut, maka diperlukan kajian-kajian yang mendalam terhadap ayat-ayat yang berbicara tentang Ulul Albab dalam Al-Qur’an, baik dari segi pengertian lughawi maupun dari segi maknawi yang dibangun dari pemahaman terhadap pesan, kesan dan munasabah (keserasian) antara ayat yang berbicara tentang Ulul Albab dengan ayat sebelumnya.
            Kata Ulul Albab disebut sebanyak 16 kali dalm Al-Qur’an, sebagaimana yang tertuang dalam QS. Al-Baqarah: 179, 197, 269; QS. Ali Imran: 7, 190; QS. Al-Maidah: 100; QS. Yusuf: 111; QS. Ar-ra’d: 19; QS. Ibrahim: 52; QS. Shad: 29, 43; QS. Az-zumar: 9, 18, 21; QS. Al-Mukmin: 54; QS. At-Thalaq: 10.
            Ditinjau dari pengertian lughawi, kata Albab adalah bentuk jamak dari kata lubb, yang berarti saripati sesuatu. Kacang misalnya, memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang dinamakan lubb. Dengan demikian kata Ulul Albab adalah orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh kulit, yakni kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan berfikir. Dalam kaitannya dengan QS. Ali Imran ayat 190 -191, maka orang yang berdzikir dan berfikir (secara murni) atau merenungkan fenomena alam raya, maka akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah SWT.
            Kajian terhadap pesan, kesan dan munasabah dari ayat-ayat yang berbicara tentang Ulul Albab (sebanyak 16 ayat) di atas diperoleh temuan, bahwa Ulul Albab mempunyai karakteristik sebagai berikut:

  1. Orang yang memiliki akal dan pikiran yang murni dan jernih yang tidak diselubungi oleh kabut-kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir. Termsuk di dalamnya adalah orang yang mampu menyelesaikan masalah dengan adil, yang benar dikatakan benar dan yang salah dikatakan salah.
  2. Orang yang siap dan mampu hidup dalam suasana pluralisme dan berusaha menghindari interaksi yang dapat menimbulkan disharmoni, kesalahfahaman dan keretakan hubungan.
  3. Orang yang mampu menangkap pelajaran, memilah dan memilh mana jalan yang benar dan baik serta mana jalan yang salah dan buruk, dan mampu menerapkan jalan yang benar dan baik (jalan Allah) serta menghindar dari jalan yang salah dan buruk (jalan syetan).
  4. Orang yang giat melakukan kajian dan penelitian sesuai dalam bidangnya serta berusaha menghindari fitnah dan malapetaka dari proses dan hasil kajian atau penelitiannya.
  5. Orang yang mementingkan kualitas hidup di samping kuantitasnya, baik dalam keyakinan, ucapan maupun perbuatannya.
  6. Orang yang selalu sadar akan kehadiran Tuhan dalam segala situasi dan kondisi, baik saat bekerja maupun beristirahat, dan berusaha mengenali Allah dengan kalbu (dzikir) serta mengenali alam semesta dengan akal (fikir) sehingga sampai kepada bukti tentang keesaan dan kekuasaan Allah SWT.
  7. Orang yang concern terhadap kesinambungan pemikiran dan sejarah, sehingga tidak mau melakukan loncatan sejarah. Dengan kata lain, ia mau menghargai khazanah intelektual dari para pemikir, cendekiawan atau ilmuan sebelumnya.
  8. Orang yang mepunyai ketajaman hati dalam menangkap fenomena yang dihadapinya.
  9. Orang yang mampu dan bersedia mengingatkan orang lain berdasarkan dengan nilai-nilai Ilahi dengan cara yang lebih komunikatif.
  10. Orang yang suka dan merenungkan dan mengkaji ayat-ayat Tuhan baik yang tanziliyah (wahyu) maupun kauniyah (alam semesta).
  11. Orang yang sabar dan tahan uji ketika ditimpa musibah dan diganggu oleh syetan (jin dan manusia).
  12. Orang yang mapu membedakan mana yang lebih bermanfat serta menguntungkan bagi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak dan mana pula yang kurang bermanfaat bagi dirinya.
  13. Orang yang bersikap terbuka terhadap pendapat, ide atau teori dari manapun datangnya, dan ia selalu menyiapkan grand-concep/theori atau kriteria yang jelas yang dibangun dari petunjuk wahyu, kemudian dijadikan sebagai piranti dalam mengkritisi pendapat, ide atau teori tersebut, untuk selanjutnya berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mengikuti pendapat, ide atau teori yang terbaik.
  14. Orang yang sadar dan peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup.
  15. Orang yang berusaha mencari petunjuk dan pelajaran dari fenomena historik atau kisah-kisah terdahulu.
  16. Orang yang tidak mau berbuat onar, keresahan dan kerusuhan serta berbuat makar di masyarakat.
            Dari pemaparan di atas menunjukkan bahwa orang yang mempunyai karakter Ulul Albab merupakan manusia yang mampu mengejawantahkan perintah dan larangan Tuhan di tengah-tengah masyarakan serta mampu menjadi panutan dan merubah tatanan masyarakat ke arah yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai Ilahi.




[1] H. Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum Hingga Islamisasi Pengetahuan, (Nuansa cendikia: Bandung), 2003, hlm 245

Sunday, September 4, 2016

Profil PMII Komisariat Ma’arif Kalirejo Lampung Tengah

9:43 AM 0


Oleh: Cholid Bachri

Assalamualaikum Wr. Wb.

Salam pergerakan!!!

Puji syukur kehadirat Ilahi Robbi yang merestui dan meridloi PMII hadir di. Kampus Ma’arif Kalirejo. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada sang reformis alam, baginda agung Nabi Muhammad SAW yang menjadi panutan kaum muslimin dan semoga kita semua mendapat syafa’atnya di hari pembalasan. Amin..

Sejarah PMII Komisariat STAI Ma’arif Kalirejo
PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Komisariat STAI Ma’arif Kalirejo merupakan komisariat yang berdiri pada tanggal 31 Maret 2014 di gedung MA (Madrasah Aliyah) Ma’arif Kalirejo dan merupakan komisariat PMII yang berada di bawah naungan cabang Metro. Berdirinya komisariat ini berawal dari gagasan sahabat-sahabat dari PMII komisariat Bustanul ‘Ulum Jaya Sakti yang mengajak bergabung bersama untuk mengembangkan organisasi kemahasiswaan khususnya di kampus masing-masing dan umumnya di Lampung Tengah.

Pertama kali dibentuk, Komisariat ini diketuai oleh sahabat Ahmad Ponidi dan Sayyid Umar Faruq menjabat sebagai sekretaris pada masa bakti tahun 2014 - 2015. Kepengurusan inilah yang memperkenalkan organisasi PMII dan mengembangkannya di kampus STAI Ma’arif. Sebagai komisariat yang masih baru, komisariat ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kendala dalam menjalankan program kerjanya. Akan tetapi walaupun demikain, prestasi gemilang kepengurusan priode ini adalah mampu memberikan warna lain di kampus serta menstimulus gejala intelektual mahasiswa khususnya anggota-anggotanya sehingga kader PMII menjadi mahasiswa yang berbeda dari mahasiswa lainnya.

Setelah satu tahun kepemimpinan sahabat Ponidi berjalan, pada tanggal 27 September 2015 komisariat STAI Ma’arif melaksanakan RTK (Rapat Tahunan Komisariat) untuk memilih ketua komisariat yang baru. Setelah melalui beberapa tahap, maka terpilihlah sahabat Syarif Hidayatulloh sebagai ketua komisariat masa khidmat 2015 hingga Oktober 2016 setelah mengalahkan beberapa calon yang ada.

Visi-misi PMII Komisariat STAI Ma’arif Kalirejo
Sebagai satu-satunya organisasi kemahasiswaan yang bergerak di luar (ekstra) kampus, organisasi PMII Komisariat STAI Ma’arif Kalirejo berperan besar mendewasakan pola pikir mahasiswa melalui pendalaman ideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah yang memiliki konsep hidup dalam beragama yaitu: tawasuth (pertengahan), ta’adul (adil), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran). Maka dengan ideologi dan karakteristik Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai metode berfikir, diharapkan anggota maupun kader PMII mampu menjadi insan yang agamis, humanis dan berjiwa sosial baik ketika sedang berproses di PMII maupun ketika sudah menjadi alumni agar kelak menjadi insan yang ulul albab.

PMII Komisariat STAI Ma’arif yang bergerak di dalam pengkaderan selalu berikhtiar untuk memposisikan diri menjadi wahana dalam menggali potensi diri serta memberdayakannya dalam mengekspresikan diri setiap anggotanya sesuai dengan tujuan organisasi PMII yaitu: “Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepda Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia” oleh karena itu, untuk mencapai tujuang organisasi PMII, maka PMII Komisariat STAI Ma’arif mengadakan berbagai kegiatan yang dapat menumbuhkan kedewasaan dan pola pikir seluruh element PMII yang ada di komisariat.

Selanjutnya, sebagai wadah dalam belajar, PMII komisariat Ma’arif senantiasa menjaga, mendampingi dan menciptakan gerakan intelektual mahasiswa di kampusnya sehingga mahasiswa menjadi sebenar-benarnya mahasiswa. Semoga dengan adanya PMII di kampus Ma’arif, kita mendapat keberkahan dari Allah SWT sebagaimana Allah memberkati para ulama dan auliya. Amin..



Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh