Blognya PMII Kalirejo

Saturday, November 11, 2017

PMII Lampung Harus Melek Informasi dan teknologi

Mari berbenah
Oleh: Cholid Bachri

Geliat politik dari lokal sampai nasional sekarang ini sedang hangat. Seperti yang telah kita ketahui bahwa rakyat Indonesia akan menghadapi pesta demokrasi yang akan dilaksanakan secara serentak. Hal ini cukup unik, karena event ini belum pernah terjadi di masa-masa sebelumnya. Jika kita menelaah keadaan, ada satu hal yang sangat menarik untuk kita perbincangkan, dimana sekarang NU tidak lagi menjadi penonton di tengah-tengah hiruk pikuk pesta demokrasi, tapi ikut bermain di lapangan.
Jika kita berbicara politik skala nasional, kita selaku generasi intelektual muda NU patut bersyukur karena secara politik, NU sedang harmonis dengan kaum nasionalis di bawah kepemimpinan Jokowi. Maka tidak heran kalau NU pun mendapat tempat-tempat yang strategis di berbagai lini pemerintahan karena adanya kesamaan ide dalam membangun negara. Karena masa-masa sekarang ini sedang berada di posisi strategis, maka ini adalah moment yang sangat tepat dan pas (golden time) untuk kita gunakan semaksimal mungkin memperkuat barisan. Selain itu, kita juga musti mempertahan posisi strategis yang kita duduki sekarang ini. Namun, ada satu hal yang harus kita ketahui bahwasannya kader NU di tingkat lokal banyak yang tidak mampu untuk memaksimalkan moment tersebut sehingga banyak posisi strategis yang seharusnya diisi oleh orang-orang kita, diambil oleh orang lain. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan orang-orang kita untuk mengisi posisi tersebut. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa kita lemah di bidang teknologi. Mungkin ini wajar karena karakter orang NU lebih memprioritaskan bidang agama dan tidak memfokuskan pada IT (Information and Technology). Tapi bukan hal yang tidak mungkin bahwa kelemahan kita akan menjadi bumerang bagi kita sendiri jika kita tidak berbenah. Mengahawatirkan bukan?
Melihat betapa pentingnya IT dalam rangka memperkuat barisan Ahlussunah Wal Jamaah yang bertarung di lini pemerintahan, saya menjadi sadar bahwa untuk menjaga eskistensi Ahlussunah Wal Jamaah, ngomong (teoritis) dan mikir saja tidak cukup. Keahlian dalam bidang teknologi juga sangat penting. Menurut kabar yang yang masuk ke telinga penulis, seharusnya PANWASCAM dan PPK menjadi ladang garapan kader-kader NU di tingkat kecamatan. Ironis sekali jika kader NU di tingkat kecamatan maupun desa banyak yang tidak melek IT sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Untuk itu, yang harus kita lakukan sekarang ini adalah pembenahan dari akar rumput organisasi demi menjaga eksistensi organisasi di masa yang akan datang.
Melihat realita di atas, sebagai generasi intelektual muda Ahlussunnah Wal Jama’ah, secara tidak langsung PMII seharusnya menjadi yang terdepan dan bertanggung jawab dalam menjawab kegelisahan di atas. Akan tetapi, realita yang ada menurut penulis belum cukup untuk menjadi solusi dari kegelisahan-kegelisahan tersebut. Hal ini dikarenakan, penulis banyak menemukan kader-kader yang ada di komisariat maupun cabang yang belum melek IT. Padahal, banyak anggapan masyarakat yang mengatakan bahwa seorang mahasiswa itu “pinter nyekel komputer”. Akan sangat tidak lucu jika mahasiswa yang notabenenya seorang kader PMII tidak mengerti atau tidak mampu mengoperasikan komputer. Lalu, bagaimana bisa PMII menjadi solusi di masa depan jika masih seperti ini? Memang benar jika kita adalah mahasiswa yang berasal dari kampung, tapi hal ini tidak seharusnya kader PMII tidak paham IT. Dan sekali lagi yang bisa saya katakan adalah “kita harus berbenah”.
Mungkin apa yang dilakukan oleh pengurus cabang sekarang ini sudah tepat bahwasannya Cabang Lampung tengah lebih memfokuskan diri pada jurnalistik. Akan tetapi bagaimana bisa anak-anak komisariat bisa menulis jika tidak lihai dalam mengoperasikan komputer? Untuk itu, hal yang paling tepat untuk kita lakukan selaku pengurus cabang adalah memberantas buta IT terlebih dahulu. Padahal pengurus cabang juga ada memiliki dalam bidang tersebut. Tinggal bagaimana eksekusinya.
Pepatah mengatakan; Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dulu, bersenang-senang kemudian. Artinya: apabila ingin mendapatkan kesenangan atau keberhasilan di kemudian hari haruslah berani bersusah payah terlebih dahulu.
Pepatah di atas seakan-akan mengingatkan kepada kita selaku generasi intelektual muda Ahlussunnah Wal Jama’ah, untuk mencapai keberhasilan di masa depan, maka kita harus bersusah payah terlebih dahulu. Insyallah jika mulai detik ini kader-kader PMII mau berproses secara maksimal (belajar apapun yang ada di PMII), kader mampu menjawab kegelisahan-kegelisahan yang sedang terjadi sekarang ini dan pada akhirnya mampu menjaga serta mengawal ideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah di masa yang akan datang.


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis komentar anda di sini